TERNYATA DAMAI ITU BELUM ADA

TERNYATA DAMAI ITU BELUM ADA


Setelah 15 Agustus 2005 Aceh lebih sering disebut dengan Aceh pasca MoU Helsinki. Kehidupan bermasyarakat orang Aceh sekarang tentunya telah beda dengan sebelum MoU Helsinki. Kalau dulu masih sering terjadi suara senjata, bom, dan segala macam bentuk teror, lain halnya dengan sekarang yang kehidupannya lebih aman dan damai. Pasca berakhirnya konflik tersebut, segala aspek kehidupan masyarakat orang Aceh mulai bangkit dan bergairah kembali, termasuk bidang olah raga.

Sepakbola sebagai olahraga yang sangat digemari orang Aceh ikut merasakan dampak positif dari berakhirnya konflik tersebut. Telah banyak diadakan turnamen-turnamen di Aceh, baik tingkat usia sekolah maupun tingkat tarkam (antar kampung).

Untuk tingkat nasional Aceh juga telah ikut serta meramaikan kompetisi sepakbola nasional di ajang Divisi Utama. Tahun 2010/2011 Aceh memiliki 4 klub yang bermain di Divisi Utama. Ke empat klub tersebut adalah Persiraja Banda Aceh, PSAP Sigli, PSSB Bireuen, dan PSLS Lhokseumawe. Berarti ada 4 harapan masyarakat Aceh kepada klub-klub tersebut agar salah satunya bisa masuk ke ISL tahun 2011 ini.

Setiap laga klub sesama Aceh, selalu menyuguhkan permainan yang lain dari pada yang lain. Biasanya pertandingan antar tim satu provinsi lebih banyak ke permainan yang provokatif, emosi, dan yang menimbulkan perkelahian di lapangan.

Laga pertandingan antara Persiraja Banda Aceh melawan PSAP Sigli salah satu contohnya. Bagi masyarakat Aceh terutama warga Banda Aceh, laga ke dua tim tidak boleh dilewatkan. Setiap tim ini bertemu warga Banda Aceh khususnya pecinta bola berbondong-bondong ke stadion untuk bisa menyaksikan pertandingan ini. Dan orang pun tidak begitu heran apabila ditanya apakah nanti akan ada keributan di lapangan atau tidak, karena jawabannya pasti akan terjadi gesekan-gesekan antar ke dua tim yang akhirnya terjadi perkelahian di lapangan.

Sangat memalukan menyaksikan pertandingan hari ini. Memang sebelumnya hal-hal seperti yang saya sebutkan di atas bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi apabila kedua tim ini bertemu. Namun perlu digarisbawahi bahwasanya sebelum pertandingan digelar, panitia pelaksana selalu dan sering kali mengulang-ngulang pesan damai dan hindari lempar-melempar botol minuman mineral ke lapangan. Himbauan ini bukan tidak beralasan memang, karena setiap keputusan wasit atau setiap aksi tim tamu yang merugikan atau memancing emosi tim tuan rumah pasti akan menimbulkan reaksi dari penonton tuan rumah. Walaupun sebelum pertandingan yang namanya air mineral dalam bentuk botol tidak boleh dimasukkan ke dalam stadion. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya bisa dihentikan oleh petugas keamanan saat menjaga pintu masuk. Karena sebagian penonton berhasil membawa masuk minuman2 tersebut.

Keributan terjadi berawal dari selebrasi pencetak gol persiraja Abdul Musawir di depan official tim PSAP Sigli. Gol tersebut membuat skor menjadi 1-1. Akibat dari aksi tersebut ada salah seorang dari tim official PSAP melempar botol air mineral terhadap musawir. Setelah itu terjadilah keributan dan sampai terjadi perkelahian antar kedua tim. Pertandingan pun sempat dihentikan lebih kurang 15 menit.

Sungguh memalukan melihat sikap provokatif yang diperlihatkan tim official PSAP Sigli. Begitu mudahnya emosi mereka tersulut sampai mengakibatkan keributan yang berkepanjangan. Saya ada beberapa kali mengambil gambar ketika keributan itu sedang terjadi. Namun karena kamera yang kurang mendukung untuk snapshot secara continue jadinya Cuma dapat foto seadanya saja.

Satu hal yang membuat saya bangga adalah sikap penonton tim tuan rumah yang begitu sportif dan menjaga ketentraman saat pertandingan berlangsung. Ketika keributan itu terjadi tidak ada aksi dari para penonton yang berlebihan, kalaupun itu ada cuma reaksi sesaat karena muak melihat keributan yang terjadi di lapangan tersebut. Mungkin kita tidak bisa membayangkan kalau itu terjadi diluar Banda Aceh atau diluar Aceh, bisa saja penonton masuk ke lapangan dan ikut-ikutan membuat kericuhan.
Ternyata beginilah damai terkini yang ada di Aceh. Damai belum ada di Sepakbola Aceh, Damai baru ada pada para penonton. Mudah-mudahan ke depannya emosi para pesepakbola Aceh bisa lebih terkontrol, dan bisa menunjukkan profesionalitas serta sportifitas yang tinggi.
DAMAI gan..!!!































{ 2 comments... Views All / Send Comment! }

Fadli Idris said...

Foto paling bawah yang pakek baju merah kotak-kotak itu siapa, official PSAP? dia tu yg kejar2 pemain Persiraja, kenapa polisi membiarkan dia bisa masuk lapangan?

Hana Sportif sagai.

fahmi said...

mnrut panitia dia bkn bagian resmi dari tim official yg duduk di bench. krn dia tdk ada badge. yaaaa bnyak versinya