Test Kesehatan, Antara Perlu dan Tidak

Dalam setiap penerimaan calon pegawai atau karyawan/i di sebuah perusahaan, Kepolisian dan Tentara pasti ada tahapan Tes Kesehatan. Biasanya tes kesehatan ini sudah melewati beberapa tahapan test lainnya. Di Perusahaan Negara seperti PLN, PERTAMINA dan Perusahaan Oil & Gas, test kesehatan dilakukan pada tahap-tahap akhir penerimaan. Test terakhir biasanya Interview atau wawancara user. Peserta Test pun sudah tidak sebanyak pada saat-saat test pertama (test akademik).

Perlukah Test Kesehatan?

Jawabannya tergantung..bisa perlu, bisa juga tidak. Namun bagaimanakah metode test kesehatan itu sendiri? Prosesnya gimana seh?

Ada pengalaman dan cerita unik dari teman saya yang ikut tes calon sales engineer di PERTAMINA tahun lalu. Dan masalah ini telah beberapa kali kami bahas dan diskusikan, seperti kemarin dalam satu sesi diskusi di Solong Ulee Kareng.

Teman saya ini merupakan seorang Chemical Engineer, sebut saja namanya si Bedu. Bedu telah berhasil melewati beberapa tahapan tes, mulai dari tes akademik sampai psikotes. Ke semua tes berlangsung di Medan, Sumatera Utara.

Pada saat test kesehatan berlangsung, satu persatu nama para peserta dipanggil untuk memasuki ruangan test kesehatan. Bermacam ragam raut wajah sebelum dan sesudah masuk ke ruangan tersebut. Ga tau juga apa yang ada di dalam benak para peserta test. Ada yang berpikir gimana yah testnya, apa yang diperiksa nantinya, sampai ada yang berpikir siapa gerangan yang bakal memeriksa,.apakah dokter cowok atau dokter cewek?
hehehe..

Tiba giliran si Bedu untuk diperiksa, dengan gagahnya si Bedu memasuki ruangan. eits, ternyata benar dugaan si Bedu, yang periksa adalah seorang dokter wanita. Lalu si dokter mengatakan, udah tau kan apa yang harus dilakukan? si Bedu dengan Pedenya langsung menjawab,.sudah bu. mantaapppp...qeqeqeqeqe..

Lalu si Bedu masuk di sebuah ruangan dengan ditutupi tirai, dan dengan segera membuka baju dan celana panjangnya. Haahhh,.?? ternyata cerita belum habis, eh taunya celana dalam alias cd bin kolor juga harus ditanggalkan. wahhh..mau diapain neh euy...mank gue jd Sales nanti harus buka-bukaan gini ama konsumen. (itu kata si bedu, bkn kata ane euy...hahahaha). Kemudian sang dokter pun masuk dan menyuruh si Bedu untuk mengambil posisi bersujud (membelakangi dokter). Aw...Apa yang terjadi?

Menurut pengakuan dari si Bedu pada peserta diskusi, katanya setelah itu si dokter cuma melihat-lihat saja bagian belakang si Bedu. Beberapa dari teman saya bertanya,.trus bagaimana dengan anu nya? ada di pegang ga? di sentil-sentil atau gimana? hahahaha...si bedu mengaku katanya si dokter tidak memegang dengan tangannya secara langsung, tapi ada semacam alat bantu untuk memeriksa anu dan punggungnya.;))
Malah ada yang tanya, trus burungnya bangun ga? ada terbang ga? wakakaka...
Akhir cerita pemeriksaan pun selesai, dan si Bedu keluar dengan senyam-senyum.

Begitulah fenomena test kesehatan di negeri ini untuk bisa memasuki sebuah tempat kerja. Apakah memang harus seperti itu?
Bagi saya test kesehatan perlu, tapi perlu diatur lagi, bagaimana caranya agar test kesehatan itu harus benar-benar sesuai dengan agama yang kita anut, mayoritas kita Islam di Indonesia. Jadi peserta yang cowok haruslah diperiksa oleh dokter cowok, begitu juga sebaliknya peserta cewek diperiksa oleh dokter yang cewek juga. Tidak ada alasan karena tuntutan sperti ini atau seperti itu, kita harus mengikutinya. Saya pikir ga ada aturan bahwa prosesnya harus seperti itu. Jadi menurut saya itu tidak baku. Kita pun sebagai peserta bisa saja dan berhak untuk menolak diperiksa oleh lawan jenis. Kalu menurut kata teman saya, enak aja kita disuruh bugil n liat2 burung kita, dia jg harus bugil lah..hahahaha...

gimana menurut anda? silakan berpartisipasi dsini...

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }