Politik Puree Singkee dan kaitannya dengan Keikhlasan berpolitik

Prosesi pemilu di negeri ini telah menciptakan sebuah pertarungan politik di luar dan di dalam parpol yang sangat keras, khususnya di legislatif, yang dikalkulasi secara politik, jika tidak hati-hati dapat membuat otak miring. Bayangkan, sebanyak 11.215 caleg memperebutkan 560 kursi DPR, dan 1.109 orang bersaing mendapatkan 132 kursi DPD. Selain itu, sekitar 112.000 orang bertarung untuk mendapatkan 1.998 kursi di DPRD provinsi dan 1,5 juta orang bersaing merebut 15.750 kursi DPRD kabupaten/kota.

Pertanyaan, bagaimana menghadapi “semacam” tragedi pascapemilu, yang bersenyawa dengan psikologi politisi yang kalah, dan konflik akibat berbagai kekecewaan massa? Apakah yang kalah akan mengakui keunggulan yang menang. Ataukah yang kalah akan mengobarkan ketidakpuasan dengan memprovokasi massa yang dapat memuncratkan konflik horizontal? Atau, yang lebih tragis lagi, apakah barisan orang-orang kalah itu akan menjadi penghuni baru di rumah sakit jiwa?
Sejumlah persoalan yang biasa menyembul pascapemilu adalah munculnya kekecewaan dan keputusasaan dari kelompok atau pihak yang kalah, yang kemudian melahirkan konflik. Apalagi jika kekecewaan itu dipicu lagi oleh kecurigaan adanya kecurangan pemilu seperti penggelembungan daftar pemilih, politik uang, dan sejumlah pelanggaran lain yang menyulut emosi massa.

Kenyataannya di lapangan dalam beberapa hari ini (pasca pemilu legislatif 2009) telah banyak kita saksikan sikap aneh dari para caleg yang ikut bertarung memperebutkan kursi di parlemen. Keanehan sikap para caleg ini disebabkan oleh perolehan suara yang tidak memadai atau minimnya suara yang diperoleh di tempat atau daerah pemilihannya. Akibatnya berimbas kepada sikap dirinya sendiri (caleg) dan juga berimbas kepada masyarakat daerah pemilihannya.


Fenomena Puree Singkee
Di Aceh telah terjadi beberapa kasus penarikan kembali bantuan atau sumbangan para caleg dari masyarakat di daerah pemilihannya. Penarikan bantuan atau sumbangan ini dalam masyarakat Aceh dikenal dengan Puree Singkee. Di Meureudu Timses Golkar juga Tarik Kembali Kain Sarung yang telah diberikan pada masyarakat saat masa kampanye. Kemudian di Aceh Utara, tepatnya di daerah BTN ARUN Paloh Lada, seorang caleg dari Partai Bulan Bintang (PBB) juga melakukan penarikan kembali bantuan yang telah diberikan kepada masyarakat BTN ARUN. 2 (dua) hari sebelumnya tanggal 14 april, di pidie jaya seorang caleg dari partai pembangunan Daerah (PPD) juga telah menarik kembali bantuan kain sarung dari warga. Menariknya penarikan ini dilakukan oleh bapak dari sang caleg karena kecewa terhadap warga yang tidak memilih anaknya dalam pemilu 9 April beberapa hari yang lalu.

Keikhlasan
Melihat fenomena puree singkee (penarikan kembali bantuan/pemberian) tersebut, para caleg harus bisa mengingat kembali pada saat-saat sebelum dia menyatakan siap untuk menjadi caleg. Apakah selama ini di parpol tempat dia bernaung telah diajarkan pendidikan politik yang memadai? Atau apakah para caleg yang telah memberikan bantuan kepada masyarakat sudah benar-benar ikhlas?

Dalam hal ini, budaya siap menang siap kalah harus dibangun lewat pendidikan politik parpol. Artinya, siap menang-siap kalah bukan sekadar slogan belaka, tetapi harus menjadi sebuah etika politik yang wajib diperhatikan oleh para caleg yang terlibat dalam persaingan perebutan kekuasaan. Sikap siap menang dan siap secara berani mengaku kalah ini hanya terjadi jika dalam diri para caleg itu telah tumbuh subur kedewasaan politik, kecerdasan politik dan ketulusan atau keikhlasan politik. Keikhlasan politik khususnya dapat terjadi jika di dalam diri para politisi telah tertanam motivasi dalam perjuangan politiknya, yakni ingin menyejahterakan rakyat, tidak lebih.

Ketiadaan keikhlasan dalam berpolitik biasanya selalu melahirkan kekecewaan dan penysalan ketika menghadapi kekalahan. Dan ini terbukti dari kasus-kasus puree singkee seperti di atas. Apalagi misalnya, persaingan yang berujung pada kekalahan itu telah menelan materi yang tidak sedikit, hingga rumah digadai dan mobil dijual. Celakanya, penyesalan itu bermuara pada keputusasaan yang tidak dapat terkontrol, yang akhirnya melahirkan sakit jiwa dan sikap-sikap aneh seperti di atas.

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }